MENGEMBALIKAN
HARKAT DAN MARTABAT MANUSIA
PADA
DERAJAT KEMANUSIAAN
Dalam
beberapa minggu belakangan ini kita menyaksikan dan membaca informasi, baik
melalui media elektronik seperti televise, internet, dan yang lainnya, maupun
melalui media cetak seperti koran, majalah, tabloid dan lain-lain, dimana
sebagian berita yang ditayangkan berupa kekerasan yang terjadi hampir di semua
kalangan. Di kalangan pelajar SMP dan SMA terjadi tawuran, yang menyebabkan
nyawa seseorang yang tidak berdosa melayang. Di NTB terjadi kerusuhan yang
menyebabkan 5 orang meninggal dunia. Demikian juga yang terjadi di kepulauan
Aru provinsi Maluku Utara, di Papua Barat, dan ledakan bom di Poso, yang tidak
sedikit melahirkan kerugian, baik mental maupun material. Peristiwa paling
mutakhir adalah tawuran antar kampong di lampung, yang mengakibatkan belasan
nyawa orang melayang. Ratusan rumah hangus di bakar, dan ribuan orang yang
tidak berdosa mengungsi, meinggalkan kampong halaman tempat bernaungnya yang
telah porak poranda.
Hukum tidak diindahkan, emosi masyarakat mudah
tersulut, dan tindakan main hakim
sendiri menjadi hal yang lumrah. Kekerasan seolah menjadi satu-satunya cara
untuk menyelesaikan masalah, padahal masalah yang hendak diselesaikan itu
hanyalah persoalan kecil atau sepele dan tidak harus diselesaikan dengan
kekerasan. Kemanakah jati diri bangsa Indonesia yang dulu sangat dikenal dengan
sopan santun, lemah-lembut, penuh tatakrama, penuh penghormatan, penuh
kearifan, penuh kerukunan, tertanam nilai-nilai agama dan budaya ? Semuanya seolah
telah hilang ditelah gelombang budaya kekerasan, sadisme, pembunuhan,
permusuhan, kerakusan dan lain-lain.
Apakah persoalan yang sebenarnya tengan terjadi
dengan bangsa ini, sehingga seolah-olah kita berada di sebuah daerah yang asing
yang tidak mengenal saudara, teman, kerabat dan lingkungan ? Masih adakah akal
sehat dan hati nurani pada bangsa ini ? Persoalan-persoalan tersebut merupakan
tantangan bagi kita sebagai umat Islam dan harus dijawab dengan konsep qur’ani
serta konsep umatan wahidah yang memiliki fungsi dasar kehidupan sebagai rahmat
bagi seluruh alam.
Imam
al-Ghazali mengatakan bahwa manusia hidup berada pada dua kekuatan yang sangat
besar dan sangat mempengaruhinya; yaitu kekuatan akal dan kekuatan nafsu.
Kekuatan akal, mendorong manusia untuk berpikir logis dan berupaya menemukan
kebenaran dengan meneliti terhadap sumber-sumber kebenaran, serta menjadi
jembatan pada berbagai kesuksesan. Sedangkan nafsu mendorong manusia untuk
berpikir tidak logis, bersifat rakus, merusak, menghancurkan, serta
menjerumuskannya pada jurang kegagalan dan kesengsaraan. Ketika akal yang
menguasai seseorang, maka dia akan bertemu dengan kesuksesan, namun ketika
nafsu yang menguasainya, maka dia akan bertemu dengan kegagalan.
Relevansi
teori imam al-Ghazali tersebut di atas dengan berbagai peristiwa yang telah dan
tengah terjadi pada sebagian masyarakat negeri ini, jelas memberikan jawaban
bahwa masyarakat negeri ini banyak yang tengah kehilangan akal sehatnya serta
kekuatan akalnya dikalahkan oleh hawa
nafsunya. Oleh karena itu maka dapat dikatakan
bahwa bangsa ini tengah mengalami kegagalan dalam mewujudkan ketenangan,
kedamaian, serta perlindungan terhadap jiwa masyarakatnya. Disinilah letak
urgensitas pendidikan agama khususnya agama Islam dengan menanamkan nilai-nilai
akhlak yang agung, menjaga nilai-nilai kemuliaan kemanusiaan serta tetap
menghormati hak-hak individu dan social.
Nilai-nilai
akhlak yang ditanamkan agama, khususnya agama Islam antara lain :
1) Kasih sayang, hal ini sebagaimana
di sabdakan oleh Rasulullah saw. :
الرَّاحمُونَ
يَرحمُهُم الرّحمنُ ارْحَموا مَنْ في الأرض يرحمْكُم من في السَّماءِ
Orang-orang yang yang penuh kasih-sayang akan
dikasih-sayangi oleh Allah. Hendaklah kalian semua menyayangi semua yang ada di
bumi, agar kalian disayangi oleh para penghuni langit. ( HR.Tirmidzi).
2) Saling menghormati, hal ini sebagaimana disabdakan
Rasulullah saw., yang artinya : “ Tidak termasuk ummat ku orang yang tidak
menyayangi yang kecil dan tidak menghormati yang lebih besar “.
3) Musyawarah, sebagaimana Allah berfirman dalam
al-Qur’an surat Ali Imran ayat 159 :
$yJÎ6sù 7pyJômu z`ÏiB «!$# |MZÏ9 öNßgs9 (
öqs9ur |MYä. $àsù xáÎ=xî É=ù=s)ø9$# (#qÒxÿR]w ô`ÏB y7Ï9öqym (
ß#ôã$$sù öNåk÷]tã öÏÿøótGó$#ur öNçlm; öNèdöÍr$x©ur Îû ÍöDF{$# (
#sÎ*sù |MøBztã ö@©.uqtGsù n?tã «!$# 4
¨bÎ) ©!$# =Ïtä tû,Î#Ïj.uqtGßJø9$# ÇÊÎÒÈ
Maka disebabkan
rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu
bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.
Dan nilai-nilai lainnya, yang secara tegas difirmankan Allah
dalam al-Qur’an, ditegaskan oleh Rasulullas saw dalam hadits-haditsnya, serta
dilaksanakan oleh para salaf al-sholih.
Selain
menanamkan nilai-nilai akhlak untuk kehidupan, pendidikan Islam juga menjaga
nilai-nilai kemanusiaan, serta menempatkan manusia pada posisi yang mulia.
Allah
berfirman dalam QS. Al- Isra : 70 :
*
ôs)s9ur
$oYøB§x.
ûÓÍ_t/
tPy#uä
öNßg»oYù=uHxqur
Îû
Îhy9ø9$#
Ìóst7ø9$#ur
Nßg»oYø%yuur
ÆÏiB
ÏM»t7Íh©Ü9$#
óOßg»uZù=Òsùur
4n?tã
9ÏV2
ô`£JÏiB
$oYø)n=yz
WxÅÒøÿs?
ÇÐÉÈ
dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam,
Kami angkut mereka di daratan dan di lautan[862], Kami beri mereka rezki dari
yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas
kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.
Secara
tegas ayat di atas menempatkan manusia (keturunan Nabi Adam as) sebagi makhluk
yang mulia. Bukti dari kemuliaan manusia tersebut, Allah jelaskan dalam kalimat
selanjutnya yakni; disediakannya berbagai fasilitas kehidupan oleh Allah SWT.,
berupa lautan, daratan, dan rizki yang dilimpahkan.
Keagungan
harkat dan martabat manusia ini, Allah pelihara dan dijadikan sebagai syari’at
yang harus ditaati. Hal ini dapat difahami dari adanya larangan Allah SWT untuk
membunuh manusia. Allah SWT telah berfirman dalam QS.al-Maidah : 32
ô`ÏB
È@ô_r&
y7Ï9ºs
$oYö;tF2
4n?tã
ûÓÍ_t/
@ÏäÂuó Î)
¼çm¯Rr&
`tB
@tFs%
$G¡øÿtR
ÎötóÎ/
C§øÿtR
÷rr&
7$|¡sù
Îû
ÇÚöF{$#
$yJ¯Rr'x6sù
@tFs%
}¨$¨Z9$#
$YèÏJy_
ô`tBur
$yd$uômr&
!$uK¯Rr'x6sù
$uômr&
}¨$¨Y9$#
$YèÏJy_
4
ôs)s9ur
óOßgø?uä!$y_
$uZè=ßâ
ÏM»uZÉit7ø9$$Î/
¢OèO
¨bÎ)
#ZÏWx.
Oßg÷YÏiB
y֏t/
Ï9ºs
Îû
ÇÚöF{$#
cqèùÎô£ßJs9
ÇÌËÈ
oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi
Bani Israil, bahwa: Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena
orang itu (membunuh) orang lain[411], atau bukan karena membuat kerusakan
dimuka bumi, Maka seakan-akan Dia telah membunuh manusia seluruhnya[412]. dan
Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, Maka seolah-olah Dia
telah memelihara kehidupan manusia semuanya. dan Sesungguhnya telah datang
kepada mereka Rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang
jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu[413] sungguh-sungguh
melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi.
Masih
banyak ayat-ayat lain yang senada dengan ayat tersebut di atas, yang
menginformsikan keharaman pembunuhan manusia. Bahkan dalam ayat lain Allah
menegaskan larangan untuk membunuh itu, termasuk membunuh anak sendiri, karena
takut miskin atau tidak mampu memberikan penghidupan.
Sebuah
momentum yang beberapa saat yang lalu telah kita lalui, memberikan gambaran
mengenai keagungan harkat dan martabat
manusia dihadapan Allah SWT. dan Allah memberikan pelajaran kepada manusia
bagaimana seharusnya harkat dan martabat manusia itu dihormati. Momentum tersebut adalah peristiwa idul adha
atau hari raya qurban, yang harus direnungkan maknanya yang hakiki dan
diaplikasikan di dalam kehidupan social.
Allah
SWT telah berfirman di dalam al-Qur’an surat ash-Shafat ayat 102 – 111, yang
menjelaskan mengenai kisah Nabi Ibrahim as beserta putranya Nabi Isma’il as.
Allah SWT berfirman :
$¬Hs>sù
x÷n=t/
çmyètB
zÓ÷ë¡¡9$#
tA$s%
¢Óo_ç6»t
þÎoTÎ)
3ur&
Îû
ÏQ$uZyJø9$#
þÎoTr&
y7çtr2ør&
öÝàR$$sù
#s$tB
2ts?
4
tA$s%
ÏMt/r'¯»t
ö@yèøù$#
$tB
ãtB÷sè?
(
þÎTßÉftFy
bÎ)
uä!$x©
ª!$#
z`ÏB
tûïÎÉ9»¢Á9$#
ÇÊÉËÈ !$£Jn=sù
$yJn=ór&
¼ã&©#s?ur
ÈûüÎ7yfù=Ï9
ÇÊÉÌÈ çm»oY÷y»tRur
br&
ÞOÏdºtö/Î*¯»t
ÇÊÉÍÈ ôs%
|Mø%£|¹
!$töä9$#
4
$¯RÎ)
y7Ï9ºxx.
ÌøgwU
tûüÏZÅ¡ósßJø9$#
ÇÊÉÎÈ cÎ)
#x»yd
uqçlm;
(#às¯»n=t7ø9$#
ßûüÎ7ßJø9$#
ÇÊÉÏÈ çm»oY÷ysùur
?xö/ÉÎ/
5OÏàtã
ÇÊÉÐÈ $oYø.ts?ur
Ïmøn=tã
Îû
tûïÌÅzFy$#
ÇÊÉÑÈ íN»n=y
#n?tã
zOÏdºtö/Î)
ÇÊÉÒÈ y7Ï9ºxx.
ÌøgwU
tûüÏZÅ¡ósßJø9$#
ÇÊÊÉÈ ¼çm¯RÎ)
ô`ÏB
$tRÏ$t6Ïã
úüÏZÏB÷sßJø9$#
ÇÊÊÊÈ
102.
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim,
Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa
aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab:
"Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah
kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar".
103. tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim
membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ).
104. dan Kami
panggillah dia: "Hai Ibrahim,
105. Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi
itu[1284] Sesungguhnya Demikianlah Kami memberi Balasan kepada orang-orang yang
berbuat baik.
106. Sesungguhnya
ini benar-benar suatu ujian yang nyata.
107. dan Kami
tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar[1285].
108. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang
baik) di kalangan orang-orang yang datang Kemudian,
109.
(yaitu)"Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim".
110. Demikianlah Kami memberi Balasan kepada
orang-orang yang berbuat baik.
111. Sesungguhnya
ia Termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.
Rangkaian
ayat-ayat al-Qur’an tersebut di atas, menjelaskan kepada kita peristiwa yang
dialami oleh Nabi Ibrahim as. peristiwa tersebut adalah peristiwa yang sangat
memberatkan nabi Ibrahim. Namun Nabi Ibrahim menyadari bahwa perintah itu
merupakan perintah yang benar dan datang dari Dzat yang Maha Benar. Maka
kemudian beliau melaksanakan perintah tersebut dengan penuh kesadaran,
ketenangan, kesabaran dan ketawakalan. Buah dari kesadaran, ketenangan, kesabaran
dan ketawakalan Nabi Ibrahim as kepada Allah SWT, kemudian melahirkan
kesuksesan yang sangat besar, dimana kesuksesan tersebut terlukis dari pujian
Allah terhadap Nabi Ibrahim dan diselamatkannya Nabi Ismail dari penyembelihan.
Selanjutnya Allah mengganti kurban dari Nabi Ibrahim as tersebut dengan seekor
kambing yang besar.
Dalam
peristiwa tersebut di atas, ada satu poin utama yang sangat penting untuk kita
jadikan sebagai sebuah catatan bersama yakni nilai penghargaan terhadap harkat
kemanusiaan. Allah menggantikan Nabi Ismail yang akan disembelih, dengan seekor
kambing yang besar, karena Allah SWT, sangat memahami betul tentang kemuliaan
manusia. Allah sangat menghargai terhadap nilai kemanusiaan, dan Allah SWT
sangat memahami betul terhadap kejiwaan manusia. Sehingga tidaklah pantas kalau
manusia harus dikorbankan demi untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Kalau saja
pengorbanan kepada Allah yang serba Maha itu tidak pantas dengan mengorbankan
manusia, tentunya apalagi kalau manusia itu harus dikorbankan kepada sesama
manusia, dan lebih-lebih lagi kalau korban manusia itu hanya untuk sesuatu yang
sia-sia. Dalam syari’at Islam, korban atau qurban manusia merupakan sesuatu
yang diharamkan.
Oleh karena itu maka
dapatlah kita fahami bahwa solusi dari persoalan kekerasan, brutalisme,
sadisme, pembunuhan, pengrusakan, dan lain-lain yang tengan melanda bangsa
Indonesia yang kita cintai ini tiada lain kecuali :
1. Menggunakan akal sehat dalam
menyelesaikan setiap masalah;
2. Mengembalikan harkat kemanusiaan
pada kedudukan yang tinggi dan mulia sebagaimana awal penciptaannya;
3. Menanamkan kesadaran bahwa semua
manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang telah diberi kedudukan yang mulia;
4. Menanamkan sikap tenang saat
menghadapi berbagai persoalan, baik persoalan yang menyangkut kehidupan social
dan terutama yang menyangkut masalah-masalah keagamaan;
5. Menanamkan kesabaran dalam
menjalani kehidupan, karena kehidupan merupakan batu ujian bagi manusia;
6. Menanamakan ketawakalan, karena
kita sadar hanya Allah lah satu-satunya Dzat yang Maha Kuasa;
Wallahu a’lam
Bandung, 05
Nopember 2012
Ahmad Zailani AW,
M.Ag
Tidak ada komentar:
Posting Komentar