AKHLAK DALAM PANDANGAN ISLAM
Disampaikan
Dalam Bimbingan Pra Manasik Calon Jama’ah Haji
Kecamatan
Bandung Wetan Tahun 2012
(Oleh : Asep Saripudin, SH.I)
A.
PENGERTIAN AKHLAK
1.
Secara Bahasa (etimologi)
Dilihat dari sudut etimologi perkataan “ Akhlak “ ( أَخْلاَقٌ) berasal dari bahasa Arab jama’ dari “Khuluqun “ ( خُلُقٌ ) yang menurut lughat diartikan adat kebiasaan ( al-adat ), perangai,
tabi’at ( al-sajiyyat ), watak ( al-thab ), adab / sopan santun ( al-muru’at ),
dan agama ( al-din ). Kata tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan
perkataan “ Khalqun “ ( خَلْقٌ ) yang
berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan “ Khaliq “ ( خاَلِقٌ ) yang berarti pencipta dan “ makhluq “ ( مَخْلُوْقٌ ) yang berarti yang di ciptakan.
Dari sinilah asal mula perumusan ilmu akhlak yang merupakan koleksi
ugeran yang memungkinkan timbulnya hubungan yang baik antara Makhluk dengan
Khaliq dan antara Makhluk dengan makhluk . Bahkan dalam kitab ” al-Mursyid
al-Amin Ila Mau’idhah al-Mu’min ” telah dijelaskan perbedaan antara kata ”
al-Khalqu ” ( اَلْخَلْقُ) dengan kata ” al-Khuluqu ” (اَلْخُلُقُ) sebagai berikut :
“Dikatakan : Fulan itu baik kejadiannya dan baik budi pekertinya ” ,
maksudnya baik lahir dan batinnya. Yang dimaksud ” baik lahir ” yaitu baik rupa
atau rupawan, sedang yang dimaksud ” baik batin ” yaitu sifat-sifat kebaikan (
terpuji ) yang menghalalkan atas sifat-sifat tercela ” .
Jadi jelas bahwa kata ” al-Khalqu ” ( اَلْخَلْقُ) itu mengandung arti kejadian yang bersifat lahiriah seperti wajah
seseorang yang bagus atau yang jelek. Sedangkan kata ” al-Khuluqu ” ( اَلْخُلُقُ) atau jamak dari “ Akhlak “ ( أَخْلاَقٌ) itu mengandung arti budi pekerti atau pribadi yang bersifat rohaniah
seperi sifat-sifat terpuji atau sifat-sifat tercela . Bahkan Ibnu Athir dalam
kitabnya “An-Nihayah” telah menerangkan bahwa : “Hakikat makna khuluqun (خُلُقٌ) itu ialah gambaran batin manusia yang tepat (yaitu jiwa dan
sifat-sifatnya), sedang makna khalqun (خَلْقٌ) merupakan gambaran bentuk luarnya (raut muka, warna kulit, tinggi rendah
tubuhnya, dan sebagainya)”.
Dengan perumusan pengertian “ Akhlak “ ( أَخْلاَقٌ ) di atas muncul sebagai mediator yang menjembatani komunikasi adanya
hubungan baik antara Khaliq ( خاَلِقٌ ) yang
berati pencipta dengan makhluq ( مَخْلُوْقٌ ) yang berarti yang diciptakan secara timbal balik, kemudian disebut
sebagai hablum minallah. Dari produk hablum minallah yang verbal ini, maka
lahirlah pola hubungan antar sesama manusia disebut dengan hablum minannas.
Jadi berdasarkan sudut pandang etimologi definisi “Akhlak” ( أَخْلاَقٌ) dalam pengertian sehari-hari disamakan
dengan budi pekerti, kesusilaan, sopan santun, tata karma. Akhlak adalah sifat (potensi) yang dibawa setiap manusia sejak lahir;
artinya, sifat (potensi) tersebut sangat tergantung dari cara pembinaan dan
pembentukannya. Apabila pengaruhnya itu positif maka outputnya adalah
akhlak Mahmudah terpuji) dan sebaliknya apabila pembinaannya itu negatif, yang
terbentuk adalah akhlak mazdmumah (tercela) . Sebagaimana firman Allah SWT :
$ygyJolù;r'sù $yduqègéú $yg1uqø)s?ur ÇÑÈ
Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketakwaannya. (QS. Asy-Syam : 8)
2. Secara Istilah (Terminologi)
Dilihat dari segi terminologi “ Akhlak “ (أَخْلاَقٌ ) terdapat beberapa pakar
yang berpendapat antara lain :
a. Abu Ali Ibnu Muhammad Ibnu Ya’qub Miskawaih : Akhlak ialah keadaan gerak jiwa yang mendorong untuk melakukan
perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pemikiran terlebih dahulu “.[1]
b. Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghozali : Suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dapat memunculkan
perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pertimbangan pemikiran.[2]
c. Ibrahim Anis : Sifat yang tertanam dalam jiwa, yang
melahirkan bermacam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan
pemikiran dan pertimbangan.[3]
d. Ahmad Amin : Akhlak ialah kehendak
yang dibiasakan. Artinya bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu, maka kebiasaan
itu dinamakan akhlak.[4]
e. Muhammad Abdullah Dirros : Akhlak
adalah suatu kekuatan dalam kehendak yang mantap, kekuatan dan kehendak mana
berkombinasi membawa kecenderungan pada pemilihan pihak yang benar (dalam hal
akhlak yang baik) atau pihak yang jahat (akhlak yang jahat)”. Selanjutnya
perbuatan-perbutan manusia yang dapat dianggap sebagai manifestasi dari
akhlaknya, apabila dipenuhi dengan dua syarat, yaitu :
Pertama,
Perbuatan-perbuatan itu dilakukan berulang kali dalam bentuk yang sama,
sehingga menjadi kebiasaan.
Kedua,
Perbuatan-perbuatan itu dilakukan karena dorongan emosi-emosi
jiwanya, bukan karena adanya tekanan-tekanan yang dating dari luar seperti
paksaan dari orang lain sehingga menimbulkan ketakutan, atau bujukan dengan
harapan-harapan yang indah-indah danlain sebagainya.[5]
Dari definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah tabiat, sifat seseorang
atau perbuatan manusia yang bersumber dari dorongan jiwanya yang sudah
terlatih, sehingga dalam jiwa tersebut benar-benar sudah melekat sifat-sifat
yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikirkan
serta di angan-angan lagi.
Sebab akhlak merupaka ”kehendak ” dan ” kebiasaan ” manusia yang menimbulkan
kekuatan-kekuatan yang sangat besar untuk melakukan sesuatu. Kehendak merupakan keinginan yang
ada pada diri manusia setelah dibimbing, dan kebiasaan adalah
perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah untuk melakukannya. Oleh karena
itu faktor kehendak atau kemauan memegang peranan yang sangat penting sebab
dengan adanya kehendak tersebut telah menunjukkan adanya unsur ikhtiar dan
kebebasan, yang karenanya dapat disebut dengan ” akhlak ”.[6]
Yang dimaksud dengan sifat-sifat
yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikirkan
serta di angan-angan lagi, disini bukan berarti bahwa perbuatan
tersebut dilakukan dengan tidak sengaja atau tidak di kehendaki.
Perbuatan-perbuatan yang dilakukan itu benar-benar sudah merupakan ”azimah” yakni kemauan yang kuat
tentang sesuatu perbuatan, oleh karenanya jelas bahwa perbuatan itu memang
sengaja di kehendaki adanya. Hanya saja keadaan yang demikian ini
dilakukan secara kontinyu, sehingga sudah menjadi adat / kebiasaan untuk
melakukannya, karenanya timbullah perbuatan itu dengan mudah tanpa difikirkan
lagi, begitu juga karena bentuknya tidak kelihatan sehingga dapat dikatakan
bahwa Akhlak adalah nafsiah (bersifat
kejiwaan) atau maknawiyah (sesuatu yang abstrak), sedangkan bentuknya
yang kelihatan dinamakan mu’amalah (tindakan) atau suluk (prilaku) maka dari
itu bentuknya akhlak adalah sumber dan prilaku tersebut.
Dengan demikian secara substansial bahwa perbuatan yang termasuk akhlak
mempunyai lima ciri antara lain :
1.
Perbuatan akhlak
adalah perbuatan yang tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga telah
menjadi kepribadian.
2.
Perbuatan akhlak
adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran.
3.
Bahwa perbuatan
akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya,
tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.
4.
Bahwa perbuatan
akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main
atau karena bersandiwara, seperti dalam film.
5.
Sejalan dengan
ciri yang keempat, perbuatan akhlak (khusus akhlak yang baik) adalah
perbuatan yang dilakukan karena ikhlas semata-mata karena Allah Swt, bukan
karena ingin dipuji orang atau karena ingin mendapatkan sesuatu pujian.[7]
B. DALIL DALIL
TENTANG AKHLAK
Adapun yang menjadi sumber dari akhlak tidak lain
adalah Alquran alkarim dan sunnah Nabi. Yang diantaranya:
y7¯RÎ)ur 4n?yès9 @,è=äz 5OÏàtã ÇÍÈ
“dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi
pekerti yang agung”. (QS. Al-Qolam : 4)
ôs)©9 tb%x. öNä3s9 Îû ÉAqßu «!$# îouqóé& ×puZ|¡ym `yJÏj9 tb%x. (#qã_öt ©!$# tPöquø9$#ur tÅzFy$# tx.sur ©!$# #ZÏVx. ÇËÊÈ
“Sesungguhnya telah ada pada
(diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut
Allah.” (QS. Al- Ahzab : 21 )
wur ÈqtGó¡n@ èpoY|¡ptø:$# wur èpy¥Íh¡¡9$# 4 ôìsù÷$# ÓÉL©9$$Î/ }Ïd ß`|¡ômr& #sÎ*sù Ï%©!$# y7uZ÷t/ ¼çmuZ÷t/ur ×ourºytã ¼çm¯Rr(x. ;Í<ur ÒOÏJym ÇÌÍÈ
“dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan.
Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, Maka tiba-tiba orang yang
antaramu dan antara Dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang
sangat setia.” ( QS. Fushshilat : 34 )
Sa’ad bertanya :"Wahai Ummul mukminin, beritahukanlah
kepadaku tentang akhlak Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam!.' 'Aisyah menjawab; "Bukankah engkau telah membaca
Alquran?" Aku menjawab; "Benar, " Aisyah berkata; "Akhlak
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam adalah Al Quran."
Rasululloh SAW bersabda :
Kebaikan itu adalah budi pekerti yang baik, sedangkan dosa itu adalah apa yang
menimbulkan keraguan dalam hatimu dan kamu tidak senang jika orang lain melihat
itu.
C. PEMBAGIAN
AKHLAK DALAM ISLAM
Pembagian akhlak yang dimaksud dalam
pembahasan ini adalah menurut sudut pandang Islam, baik dari segi sifat maupun
dari segi objeknya.
Dari segi
sifatnya, akhlak dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1. Akhlak
Mahmudah
“Akhlak
mahmudah adalah tingkah laku terpuji yang merupakan tanda keimanan seseorang.
Akhlak mahmudah atau akhlak terpuji ini dilahirkan dari sifat-sifat yang
terpuji pula”.
Sifat terpuji yang dimaksud adalah, antara
lain: cinta kepada Allah, cinta kepda rasul, taat beribadah, senantiasa mengharap
ridha Allah, tawadhu’, taat dan patuh kepada Rasulullah, bersyukur atas segala
nikmat Allah, bersabar atas segala musibah dan cobaan, ikhlas karena Allah,
jujur, menepati janji, qana’ah, khusyu dalam beribadah kepada Allah, mampu
mengendalikan diri, silaturrahim, menghargai orang lain, menghormati orang
lain, sopan santun, suka bermusyawarah, suka menolong kaum yang lemah, rajin
belajar dan bekerja, hidup bersih, menyayangi inatang, dan menjaga kelestarian
alam.
2. Akhlak Madzmumah
“Akhlak madzmumah adalah tingkah laku
yang tercela atau perbuatan jahat yang merusak iman seseorang dan menjatuhkan
martabat manusia.”
Sifat yang termasuk akhlak mazmumah adalah
segala sifat yang bertentangan dengan akhlak mahmudah, antara lain: kufur,
syirik, munafik, fasik, murtad, takabbur, riya, dengki, bohong, menghasut,
kikil, bakhil, boros, dendam, khianat, tamak, fitnah, qati’urrahim, ujub,
mengadu domba, sombong, putus asa, kotor, mencemari lingkungan, dan merusak
alam.
Demikianlah
antara lain macam-macam akhlak mahmudah dan madzmumah. Akhlak mahmudah
memberikan manfaat bagi diri sendiri dan orang lain, sedangkan akhlak madzmumah
merugikan diri sendiri dan orang lain. Allah berfirman dalam surat
ôs)s9 $uZø)n=y{ z`»|¡SM}$# þÎû Ç`|¡ômr& 5OÈqø)s? ÇÍÈ ¢OèO çm»tR÷yu @xÿór& tû,Î#Ïÿ»y ÇÎÈ wÎ) tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qè=ÏHxåur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# óOßgn=sù íô_r& çöxî 5bqãYøÿxE ÇÏÈ
“Sesungguhnya Kami
telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami
kembalikan Dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka),.Kecuali orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka bagi mereka pahala yang tiada
putus-putusnya. (At-Tin : 4-6.).
Dalam sebuah hadis Rasulullah saw.
bersabda. Yang artinya: “Sesungguhnya manusia yang
berakhlak mulia dapat mencapai derajat yang tinggi dan kedudukan mulia di
Akhirat. Sesungguhnya orang yang lemah ibadahnya akan menjadi buruk perangai
dan akan mendapat derajat yang rendah di neraka Jahanam.” (HR. Thabrani).
Kemudian, dari segi objeknya, atau kepada
siapa akhlak itu diwujudkan, dapat dilihat seperti berikut:
- 1. Akhlak kepada Allah, meliputi antara lain: ibadah kepada Allah, mencintai Allah, mencintai karena Allah, beramal karena Allah, takut kepada Allah, tawadhu’, tawakkal kepada Allah, taubat, dan nadam.
- 2. Akhlak kepada Rasulullah saw., meliputi antara lain: taat dan cinta kepda Rasulullah saw.
- 3. Akhlak kepada keluarga, meliputi antara lain: akhlak kepada ayah, kepada ibu, kepada anak, kepada nenek, kepada kakek, kepada paman, kepada keponakan, dan seterusnya.
- 4. Akhlak kepada orang lain, meliputi antara lain: akhlak kepada tetangga, akhlak kepada sesama muslim, kepada kaum lemah, dan sebagainya.
- 5. Akhlak kepada lingkungan, meliputi antara lain: menyayangi binatang, merawat tumbuhan, dan lain-lain.
Sedangkan Menurut H. Muhammad Daud Ali dalam bukunya
“Pendidikan Agama Islam” telah membagi akhlak berdasarkan objeknya menjadi dua
macam, yaitu :
a. Akhlak terhadap Allah, antara lain :
1). Mencintai Allah melebihi cinta kepada apa dan
siapapun juga dengan mempergunakan firman-Nya sebagai pedoman hidup dan
kehidupan. 2) Melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya. 3)
Mengharapkan dan berusaha memperoleh keridhoan Allah.4) Mensyukuri nikmat dan
karunia Allah. 5) Menerima dengan ikhlas semua qodho’ dan qodar setelah
berikhtiar maksimal (sebanyak-banyaknya, hingga batas tertinggi) 6) Memohon
ampun hanya kepada Allah.7) Bertaubat kepada Allah.8) Tawakkal (berserah diri
kepada Allah)
b. Akhlak terhadap
Makhluk, dibagi dua, yaitu :
1) Akhlak terhadap
manusia, dapat dirinci menjadi :
a) Akhlak terhadap Rosulullah (Nabi Muhammad), antara lain :
(1) Mencintai Rosulullah secara tulus dengan mengikuti
semuasunnahnya.(2) Menjadikan Rosulullah sebagai idola, suri teladan dalam
hidupdan kehidupan.(3) Menjalankan apa yang disuruhnya, tidak melakukan apa
yangdilarangnya.
b) Akhlak terhadap orang
tua, antara lain :
(1) Mencintai mereka melebihi mencintai kerabat
lainnya.(2) Menrendahkan diri kepada keduanya diiringi dengan perasaankasih
sayang.(3) Berkomunikasi dengan orang tua dengan hikmat, mengunakankata-kata
lemah lembut.(4) Mendoakan keselamatan dan keampunan bagi merekakendatipun
seorang atau kedua-duanya meninggal dunia.
c) Akhlak terhadap diri
sendiri, antara lain :
(1) Memelihara kesucian diri.(2) Menutup aurat (bagian
tubuh yang tidak kelihatan, menuruthukum dan akhlak Islam).(3) Jujur dalam
perkataan dan perbuatan(4) Ikhlas(5) Sabar(6) Rendah hati, (7) Malu melakukan
perbuatan jahat.(8) Menjauhi dengki.(9) Menjauhi dendam(10) Berlaku adil terhadap
diri sendiri dan orang lain.(11) Menjauhi segala perkataan dan perbuatan
sia-sia.
d) Akhlak terhadap
keluarga, karib kerabat, antara lain :
(1) Saling membina rasa cinta dan kasih sayang dalam
kehidupankeluarga.(2) Saling menunaikan kewajiban untuk memperoleh hak.(3)
Berbakti kepada ibu-bapak.(4) Mendidik anak-anak dengan kasih sayang.(5)
Memelihara hubungan silaturrahim dan melanjutkansilaturrahmi yang dibina orang
tua yang telah meninggal dunia.
e) Akhlak terhadap
tetangga, antara lain :
(1) Saling mengunjungi(2) Saling membantu di waktu
senang lebih- lebih tatkala susah.(3) Saling member(4) Saling menghormati(5)
Saling menghindari pertengkaran dan permusuhan.f) Akhlak terhadap masyarakat,
antara lain :(1) Memuliakan tamu, (2) Menghormati nilai dan norma yang berlaku
dalam masyarakatbersangkutan.(3) Saling menolong dalam melakukan kebajikan dan
takwa.(4) Menganjurkan anggota masyarakat termasuk diri sendiriberbuat baik dan
mencegah kemungkaran.(5) Memberi makan fakir miskin dan berusaha melapangkan hidupdan
kehidupannya.(6) Bermusyawarah dalam segala urusan mengenai
kepentinganbersama.(7) Mentaati putusan yang diambil (8) Menunaikan amanah
dengan jalan melaksanakan kepercayaanyang diberikan seseorang atau masyarakat
kepada kita(9) Menepati janji
2) Akhlak terhadap
lingkungan hidup, antara lain :
a) Sadar dan memelihara
kelestarian lingkungan hidup.
b) Menjaga dan
memanfaatkan alam, terutama hewani dan nabati, fauna dan flora yang sengaja
diciptakan Tuhan untuk kepentinganmanusia dan makhluk lainnya.
c) Sayang pada sesama
makhluk.
[1] Abu Ali Ibnu Muhammad Ibnu Ya’qub Miskawaih ( 1934 ). Tahdzib
al-Akhlaq wa Tathhir al-A’raq, Mesir : al-Mathba’ah al-Misriyah,
hal : 40
[2] Abu Hamid Muhammad
al-Ghozali ( t.t ). Ikhya’ Ulumuddin, III, Bairut : Darul Fikr, hal :
56.
[3] Ibrahim Anis
( 1972 ). al-Mu’jam al-Wasith, Mesir : Dar al-Ma’arif, hal : 202.
[4] Ahmad Amin (
1967 ). Kitab al-Akhlaq, Kairo : an-Nahdlah
al-Misriyah, hal : 50.
[5] Humaidi Tatapangarsa
( 1979 ). Pengantar Kuliah Akhlak, Surabaya : Bina Ilmu, hal : 10.
[6] M. Zein
Yusuf ( 1993 ). Akhlak Tasawuf, Semarang : al-Husnah, hal : 7.
[7] Abuddin Nata
( 2006 ). Akhlak Tasawuf, Jakarta : Raja Grafindo Persada,
hal : 4-6.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar